BRAND PARTNER
[:en]Bambubuku brand was created by Kusworo Bayu Aji. The main focus of Bambubuku is manufacturing crafts and household appliances using preserved bamboo material. Bambubuku products are minimalist, dynamic, and functional. Bambubuku always pays attention to the details and quality of each product by creating sturdy, elegant, and durable products.[:] [:id]Brand yang focus pada pembuatan kerajinan dan perabotan rumah tangga dengan mengawetkan bahan utama, yaitu bamboo. Produk Bambubuku bersifat minimalis, dinamis dan tentunya fungsional. Proses pengawetan yang tepat menghasilkan produk Bambubuku yang bebas hama kumbang bubuk[:]
[:en]Draoupads is a brand initiated by Atinna Rizqiana and focuses on making women’s clothes and bags. Draoupads products utilize natural dyes from tingi tree bark, jolawe fruit, secang, and tegeran plants. They also chose high quality fabric for their products that convenient for warm and tropical environment.[:] [:id]Brand yang diprakarsai Atinna Rizqiana dan focus pada pembuatan pakaian dan tas wanita dengan memanfaatkan pewarna alam dari kulit kayu tingi, buah jolawe, secang, dan tanaman tegeran. Bahan kain yang dipilih pun berkualitas dan sesuai dengan penggunaan di lingkungan yang cenderung hangat (tropis)[:]
[:en]ARMEP’s Product is a brand for products made by ARMEP Store. In collaboration with local artisans and manufacturers, ARMEP Store presents unique products according to their own slogan; Art Taste, Limited, and Precise. Some products that have been made by ARMEP Store are masks, scarfs, and bags.[:] [:id]ARMEP’s Product merupakan brand untuk produk-produk yang dibuat ARMEP Store. Bekerja sama dengan pengrajin dan produsen brand lokal, ARMEP Store menghadirkan produk-produk unik sesuai dengan slogannya yaitu art taste, limited dan precise. Beberapa produk yang telah ARMEP Store buat yaitu masker, scarf, dan tas.[:]
[:en]Bressele is a local brand owned by Adinda Rizki from Cimahi, West Java. Bressele produces accessories in the form of bracelets and necklaces with fashionable designs. Although being sold at affordable prices, all accessories from Bressele are handmade from high quality beads and natural stone.[:] [:id]Bressele merupakan brand lokal asal Cimahi, Jawa Barat milik Adinda Rizki yang memproduksi aksesoris berupa gelang dan kalung secara handmade. Semua aksesoris dari Bressele dibuat dari material manik-manik dan batu alam yang berkualitas dengan desain yang modis serta harga yang terjangkau.[:]
[:en]150CM is an official merchandise from Meowme, three adorable cats of the founder’s pets. The animation of those three furballs is officially and procedurally registered with Intellectual Property Rights (HKI). 150CM’s products are handmade, with 90% of the material chosen is burlap, while the rest is combined with calico cloth, woven cloth, and premium canvas, both plain and patterned. In the near future, 150CM is ready to spread its wings by opening their own exclusive fashion line.[:] [:id]150CM adalah sebuah merchandise lokal resmi untuk Intellectual Property (IP) dari Meowme. Meowme adalah desain visual yang terinspirasi oleh tiga ekor kucing yang menggemaskan peliharaan sang founder dari merk dagang ini sendiri. Ketiga ekon bola bulu ini kemudian dibuat menjadi animasi oleh pemeliharanya. Lalu animasi tersebut didaftarkan secara resmi dan prosedural kepada Hak Kekayaan Intelektual (HKI)[:]
[:en]Somah Wooden Cutlery is a brand that was born by Leonie and Effendi. Somah Wooden Cutlery presents a solution for eco-friendly cutlery, especially spoons. Somah Wooden Cutlery products carry the concept of eco-friendliness and zero-waste. All of their products are handmade from used teak wood. To guarantee the safety, every spoons then coated with food grade beeswax and coconut oil.[:] [:id]Somah Wooden Cutlery menghadirkan solusi untuk kebutuhan akan peralatan makan ramah lingkungan, khususnya sendok. Produk-produknya dibentuk tanpa mesin, serta dilapisi beeswax dan minyak kelapa. Sehingga aman saat digunakan untuk mengkonsumsi makanan atau minuman apapun oleh segala usia. Somah Wooden Cutlery mengangkat konsep ramah lingkungan dan limbah nol.[:]
[:en]Morisdiak means “good day” in East Nusa Tenggara’s language. This brand produces limited fashion and craft products such as bags and accessories, made from hand-woven textiles by female weavers in East Nusa Tenggara and female tailors in Yogyakarta. Morisdiak has mission to introduce Indonesia’s cultural richness in the form of woven fabric, as well as provide an opportunity for local women to support and empower each other.[:] [:id]Morisdiak adalah salah satu brand yang focus pada ragam produk dengan mengkombinasikan bahan tenun tangan asli karya penenun perempuan di NTT. Misi dari Morisdiak adalah memperkenalkan kekayaan budaya berupa tenun melalui produk fashion dan craft. Seperti tas dan aksesoris. Morisdiak berarti ‘hari baik’ dalam bahasa Nusa Tenggara Timur.[:]
[:en]Tangan Kanan is a local brand that focuses on embroidery technique made in various functional products, including hoop art, t-shirts, bucket hats, and bookmarks. Tangan Kanan is proud to present its unique and authentic designs, which provides value, meaning, and love to every owner of its products.[:] [:id]Tangan Kanan merupakan brand lokal yang berorientasi pada produk embroidery (sulam tangan) yang dituangkan dalam berbagai produk fungsional. Diantaranya Hoop Art, T-shirt, Bucket Hat, Pembatas Buku, dan berbagai produk lain. Tangan Kanan bangga mempersembahkan desain dan detail sulaman yang unik, lucu, serta autentik, yang memberikan nilai dan makna untuk pemiliknya. Tangan Kanan menghadirkan cinta di setiap sulaman dan membagikannya kepada para pemilik produk Tangan Kanan.[:]
[:en]Vanilla Leather was founded in Yogyakarta since May 2013. Starting as a small business, Vanilla Leather has become a fashion brand with the best local cow leather material. Vanilla Leather products are handmade bags for women and for men, wallets, and accessories. To provide satisfaction for its customers, Vanilla Leather also accepts custom designs. The excellences of their products are in the use of the best quality materials, the workmanship process, and the unique and elegant designs. This is also supported by the empowerment of women as artisans to continue to drive the local economy.[:] [:id]Vanilla Leather berdiri sejak bulan Mei tahun 2013 di Yogyakarta. Bermula dari UMKM, Vanilla Leather menjadi brand fashion lokal dengan material kulit sapi lokal terbaik. Produk Vanilla Leather berupa tas wanita, tas pria, dompet serta aksesoris yang dikerjakan secara homemade.[:]
[:en]Anting is a brand pioneered by Imelda Sunu Kristanti. Imelda’s family works in a community to raise an awareness of edible plants, both cultivated and wild, which is called Kotaogi (Koleksi Tanam Olah Bagi or Collection of Planting Processing Sharing). The birth of Anting is a new platform for Kotaogi to introduce various edible plants in the form of jewelries. Butterfly leaves (Bauhinia purpurea), telang flower (Clitorea ternatea), mexican creeper plant (Antigonon leptopus), mangkokan leaf (Polyscias scutellaria), chaya leaves (Cnidoscolus aconitifolius), sintrong (Crassocephalum crepidioides), and pegagan (Centella asiatica) – all nutritious, safe to eat, and successfully archived by Anting in their beautiful jewelries.[:] [:id]Nama ini memang mengecoh. Anting. Meski produknya tak hanya berupa anting, tetapi juga kalung. Namun, Anting juga berencana merambah ke jenis perhiasan lainnya. Dirintis oleh Imelda Sunu Kristanti, dan hanya berawal dari keinginannya memberi kado untuk keponakannya. Bahan baku utamanya adalah air dry clay yang bisa kering hanya dengan diangin-anginkan.[:]
[:en]Gunagoni is a local trademark from Minggir, Yogyakarta. Pioneered by Bimo Wijoseno, Gunagoni is engaged in craft from used burlap with aim to share and raise collective awareness about the benefits of reusing. Bimo collected used burlaps, recycled the material into something useful, then sold them again. At first, Gunagoni sold their products in community markets around Yogyakarta, given the limited number of products and the scope of the market itself is relatively small. Over time, Gunagoni penetrated into more general markets and also carried out product sharing activities.[:] [:id]Gunagoni dimulai pada tujuh tahun silam, dengan niat dan keinginan Bimo, sang founder, untuk membagi-bagikan hasil karyanya. Tujuannya tak lain adalah berbagi serta memunculkan kesadaran kolektif akan manfaat menggunakan Kembali (reuse). Berjualan awal dilakukan Gunagoni di pasar komunitas sekitaran Yogyakarta, mengingat produk dalam jumlah terbatas dan lingkup pasar tersebut sendiri terbilang kecil.[:]
[:en]DOKA, originated from Rivan’s concern for the environment by upcycling waste. His concern about used soft drink cans that cannot be quickly decomposed by nature, led to the idea of morphing them into toys with artistic value. The creative process begins with Rivan drew on the tin can, cut it according to the pattern, then give it a touch of color using iron paint. DOKA features a lot of characters, one of them is the Soldier of the Yogyakarta Palace (Bregada Keraton). Taking the inspiration from Bregada Keraton is a way for Rivan to preserve the culture.[:] [:id]Doka, atau Dolanan Kaleng, berawal dari kepedulian Rivan, sang kreator, akan lingkungan hidup, dengan meminimalkan sampah. Desainer pada salah satu perusahaan advertising production di Yogyakarta ini, mengkreasikan calon sampah berupa kaleng bekas minuman ringan yang banyak ditinggal anak-anak muda di atas meja, selepas nongkrong.[:]
[:en]Founded by Dwi Nur Rohman who has been involved in the world of painting, Manartsy is a brand engaged in the field of art merchandise. Manartsy wants to show that exclusive art products can be enjoyed in terms of beauty and usability. Some of the products Manartsy makes are lanyards and zines. All of them are creations of hand-painted painting that go through a digital printing process.[:] [:id]Brand yang bergerak di bidang art merchandise. Memperlihatkan produk karya seni yang eksklusif, dengan tujuan agar orang lain dapat menikmati produk seni dari segi keindahan dan kegunaan.[:]
[:en]Jait Sini Yuk, a unique name for an ethnic brand from Sukoharjo, Central Java which was created in 2010 by Edwin Oktida and Hariz Hadi. Jait Sini Yuk makes fashion products with interesting themes that are wearable and eye catching. Their products maximize various popular Indonesian textiles such as woven, brocade, and batik, created with origami designs and drapery techniques. Later, they released their fashion products under the name Vivees.[:] [:id]Vivees. Nama unik bagi brand etnik yang dibuat pada tahun 2010 oleh Edwin Oktida dan Hariz Hadi. Saat itu, Vivees dibuat dengan beberapa pilihan tema menarik yang wearable dan eye catching, dengan memaksimalkan aneka Wastra Nusantara, yang saat itu mulai digemari. Dari sekian banyak tema koleksi yang dibuat, rata-rata terjual sold out.[:]
[:en]From the hands of Citra Ardianti, Citcitchuite brand was born from her passion for crafting with thread. Citcitchuite combines various products from embroidery, knitting, weaving, sewing, embroidery, and macramé. With the slogan “What do you want, I will make it for you” or “Apa kamu mau, akan saya bikinkan”, Citcitchuite presents unique and artistic bohemian-themed products.[:] [:id]Dari tangan Citra Ardianti, brand Citcitchuite lahir dari kegemarannya membuat segala sesuatu dengan benang. Citcitchuite memadukan berbagai produk hasil sulam, rajut, tenun, jahit, bordir, dan makrame. Dengan slogan “Apa kamu mau, akan saya bikinkan”, Citcitchuite menghadirkan produk-produk bertema bohemian yang unik dan berjiwa bebas.[:]
[:en]Kama is a local product from Yogyakarta initiated by Mayang. Not only supporting the zero-waste movement, Kama also introduces unique products with a touch of Indonesian fabrics. Kama produces clothes and other products such as pouches, bags, hats, even bandanas. Through its products, Kama invites all groups, from children to adults, to always be proud of using products that are made from traditional Indonesian fabrics.[:] [:id]Produk lokal Yogyakarta, yang mendukung Gerakan zero waste product. Selain itu, Kama juga ingin memperkenalkan produk yang khas dengan sentuhan kain nusantara. Melalui produk ini, Kama mengajak seluruh kalangan dari anak-anak hingga dewasa untuk selalu menggunakan produk yang berbalut dengan unsur kain nusantara.[:]
[:en]Estetik Batik is an eco-print fashion brand owned by spouses Siska and Prasetyo. Estetik Batik produces ready to wear products while carrying environmentally friendly and sustainable concept. Estetik Batik introduces efforts to protect nature with the clothes we use. Estetik Batik always sticks to its zero-waste principle throughout the production process. Starting from planting eco-print plants, using natural dyes, processing eco-print residual waste into compost, to upcycling the remaining patchwork from production process into children’s clothing and accessories. All of these efforts were carried out by collaborating with local communities.[:] [:id]Brand fashion ecoprint yang memproduksi produk ready to wear, dengan konsep ramah lingkungan dan secara berkelanjutan. Memperkenalkan upaya-upaya menjaga alam dengan pakaian yang kita gunakan. Estetik Batik mengelola proses produksi dari awal sampai akhir dengan konsep zero waste. Mulai dari penanaman tumbuhan bahan ecoprint, pemanfaatan bahan sekitar untuk pewarna alam, pengolahan limbah sisa ecoprint menjadi kompos, produksi pakaian sampai pemanfaatan perca sisa produksi yang difungsikan menjadi produk pakaian anak dan aksesoris.[:]
[:en]Pietrit started from the dream of Argha Yudha, the owner, who wanted to have a hat made of rattan. The first production’s result was quite satisfactory, some of Argha’s friends also asked for the rattan hat. Over time, Pietrit’s productivity has increased and developed by making other products such as earrings, cup holders, and bookmarks.[:] [:id]Berawal dari keinginan si pemilik mempunyai topi, lalu dicobalah membuatnya sendiri. Dari hasil pembuatan pertama yang cukup memuaskan, beberapa teman minta dibuatkan juga. Kemudian usaha berkembang dan tidak hanya membuat topi, tetapi ada anting-anting, holder cups, dan pembatas buku.[:]
[:en]Knot and Hitch is engaged in crafting, especially macrame art. Created by Mutya Paramitha, Knot and Hitch manufactures several types of products such as wall hanging, bag chains, pouches, straps, and wristlets. All of these products are done manually and are sold at affordable prices.[:] [:id]Knot and Hitch bergerak di bidang crafting, khususnya kesenian makrame. Dibuat oleh Mutya Paramitha, Knot and Hitch memproduksi beberapa jenis produk seperti wall hanging, bag chain, pouch, straps, dan wristlets. Semua produk tersebut dikerjakan secara manual dan dijual dengan harga terjangkau.[:]
[:en]Kamarati Jewelry is a local brand from Solo owned by Agnes Palupi. The name Kamarati Jewelry was inspired by Dewi Kamaratih, a character in Javanese wayang stories. In KBBI, “kama” means romance or love while “rati” in Javanese means pleasure or joy. Kamarati Jewelry carries the theme of storytelling and zero-waste issue. In Agnes’ hands, batik patchwork, tie dye cloth, and chocolate wrapping foil were transformed into pendants, necklaces, and bracelets. To beautify its products, Kamarati Jewelry also uses beads and crushed stones of various colors.[:] [:id]Kamarati Jewelry merupakan brand lokal asal Solo yang dimiliki oleh Agnes Palupi. Nama Kamarati Jewelry terinspirasi dari Dewi Kamaratih, seorang tokoh dalam cerita wayang Jawa. Dalam KBBI, “kama” berarti asmara atau kasih sedangkan “rati” dalam bahasa Jawa berarti kesenangan atau kegembiraan. Kamarati Jewelry mengusung tema zero waste dan story telling. Di tangan Agnes, kain perca batik dan tie dye serta foil pembungkus coklat disulap menjadi pendant kalung dan gelang. Untuk menambah keindahan, Kamarati Jewelry juga menggunakan material berupa manik-manik dan batu pecah aneka warna.[:]
[:en]From the hands of Maesti Saputri, Miwiti was born as a local brand from Yogyakarta which produces accessories made from beads and natural stones. The name “miwiti” is taken from Sanskrit which means to start. All Miwiti products, such as bracelets and mask straps, are handmade in a variety of attractive colors.[:] [:id]Dari tangan Maestri Sapuri, Miwiti lahir sebagai merk lokal dari Yogyakarta dengan produk aksesooris yang terbuat dari manik- manik dan batu alam. Nama Miwiti diambuil dari bahasa sansekerta yang berarti memulai. Semua produk Miwiti, seperti gelang dan tali masker adalah buatan tangan dengan warna-warna yang menarik[:]
[:en]Latenight Creation was started in April 2021 by Salwa Yunaika, along with her passion and expertise in crafting and painting. From there, various kinds of handmade accessories were born, such as necklaces, bracelets, and earrings with unique designs. Latenight Creation’s accessories are made of clay and decorated with original hand paintings. Some of the paintings on its earrings are adaptations of works by world painters such as Vincent van Gogh and Alexandre Cabanel. Latenight Creation also accepts custom design requests.[:] [:id]Latenight Creation dirintis pada bulan April 2021 oleh Salwa Yunaika, berbekal kecintaan dan keahliannya di bidang crafting dan lukis. Dari sanalah, kemudian lahir berbagai macam aksesoris handmade seperti kalung, gelang, dan anting-anting dengan desain yang unik. Produk aksesoris Latenight Creation dibuat dengan material clay dan dihias lukisan tangan asli. Beberapa lukisan pada produk anting-antingnya merupakan adaptasi dari karya pelukis dunia seperti Vincent van Gogh dan Alexandre Cabanel. Latenight Creation juga menerima permintaan custom design.[:]
[:en]Pagipuan was born from the hobby of the owner, Jannah, who loves knitting and embroidery. This Yogyakarta-based brand then produces various products such as bags, wallets, cardholders, bookmarks, and key chains. The name Pagipuan was chosen related to the greeting “morning spirit”. The hope is that the sellers and buyers of the product will continue to have the same enthusiasm as when they first open their eyes in the morning.[:] [:id]Pagipuan lahir dari hobi sang owner, Jannah, yang mencintai kerajinan rajut dan sulam. Brand asal Yogyakarta ini kemudian mengembangkannya dalam berbagai produk seperti tas, dompet, cardholder, pembatas buku, dan gantungan kunci. Nama Pagipuan dipilih berkaitan dengan sapaan “semangat pagi”. Harapannya, sang penjual dan pembeli produk akan terus memiliki semangat seperti di saat membuka mata di pagi hari.[:]
[:en]Mintun HOH is a local brand owned by Evi Pepi from Yogyakarta. Currently, Mintun HOH focuses on making hand painted wallets and bags. The name Mintun HOH comes from the word “mintun” which is taken from the Javanese phrase Mimi lan Mintuno, which means full of love. The word “mintun” is also a prayer for the owner to always love each other along the way. Meanwhile, HOH stands for House of Handmade because all of its products are handmade.[:] [:id]Mintun HOH merupakan brand lokal milik Evi Pepi dari Yogyakarta. Saat ini, Mintun HOH fokus pada pembuatan dompet dan tas yang dilukis secara manual. Nama Mintun HOH berasal dari kata “mintun” yang diambil dari frasa Jawa yakni Mimi lan Mintuno, yang berarti penuh kasih. Kata “mintun” juga menjadi doa bagi sang pemilik agar terus merajut kasih seiring dengan mengolah karya. Sementara itu, HOH merupakan kependekan dari House of Handmade karena seluruh produknya adalah buatan tangan.[:]
[:en]Saka Alam Batik is a brand from Klaten owned by Rd. Yudha. He established the brand since he has a strong mission to preserve the natural coloring process from Bayat, Klaten, Central Java. Through Saka Alam Batik, Yudha also seeks to empower local communities by making stamped and written batik with unique and exclusive designs. One of Saka Alam Batik’s products is batik sarong with natural coloring from plants.[:] [:id]Saka Alam Batik merupakan brand asal Klaten milik Rd. Yudha yang memiliki misi kuat untuk melestarikan proses pewarnaan alami khas Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Melalui Saka Alam Batik, Yudha juga berusaha untuk memberdayakan masyarakat lokal melalui pembuatan batik cap dan tulis dengan desain yang unik dan eksklusif. Salah satu produk Saka Alam Batik adalah kain sarung batik dengan pewarnaan alami dari tumbuhan.[:]
[:en]Gajah Bercerita was made by Angka as a brand that focuses on fashion products made from Indonesian fabrics, namely woven, batik, and songket. Apart from being limited, the types of fabrics used are 100% handmade from local artisans. In the manufacture process of each product, Gajah Bercerita also involves tailors with disabilities. Gajah Bercerita proves that with all its flaws, one can conjure something into a valuable product[:] [:id]Gajah Bercerita dibuat oleh Angka, sebuah brand yang fokus pada produk fashion berbahan dasar kain nusantara yaitu tenun, batik, dan songket. Selain limited, jenis kain yang digunakan 100% handmade dari para pengrajin di daerah. Dalam setiap pembuatan produknya, Gajah Bercerita juga melibatkan penjahit disabilitas. Gajah Bercerita membuktikan bahwa dengan segala kekurangannya, seseorang bisa menyulap sesuatu menjadi produk yang bernilai.[:]
[:en]Silly started as a hobby of the owner, Dewi Arnis, who likes to make women’s accessories with bright and cheerful colors. Dewi has been pursuing this hobby since she was in high school. Using woven and patchwork fabrics as the main raw materials, Silly’s products include mask straps, bracelets, necklaces, and rings. This brand has a lot of fans to the point its products are always sold out.[:] [:id]Silly bermula dari keisengan sang owner, Dewi Arnis, yang senang membuat aksesoris khusus perempuan dengan warna-warna cerah dan ceria. Hobi tersebut ditekuni oleh Dewi sejak duduk di bangku SMA. Menggunakan kain tenun dan perca sebagai bahan baku utama, produk-produk Silly meliputi strap mask, gelang, kalung, dan cincin. Brand ini memiliki banyak penggemar sehingga selalu sold out.[:]
[:en]Tinung Rambu comes from two words; “tinung” which means weaving while “rambu” which means woman. As the name implies, this Jakarta-based brand involves female weavers in East Nusa Tenggara in their products making process. Every piece of fabrics from Tinung Rambu is handmade, full of love and beauty from colorful spun yarn.[:] [:id]Silly bermula dari keisengan sang owner, Dewi Arnis, yang senang membuat aksesoris khusus perempuan dengan warna-warna cerah dan ceria. Hobi tersebut ditekuni oleh Dewi sejak duduk di bangku SMA. Menggunakan kain tenun dan perca sebagai bahan baku utama, produk-produk Silly meliputi strap mask, gelang, kalung, dan cincin. Brand ini memiliki banyak penggemar sehingga selalu sold out.[:]
[:en]A studio or laboratory focused on waste upcycling. This studio is a space for the development of its current brand and also a space for the exploration of plastic waste processing. MENH opens up opportunities for collaboration and networking to be able to mutually improve the existence of each entity.[:] [:id]Sebuah studio atau laboratorium yang berfokus pada waste upcycle. Studio ini merupakan ruang pengembangan brandnya saat ini dan juga ruang eksplorasi pengolahan limbah plastik. MENH membuka peluang kolaborasi & jejaring kerja untuk dapat saling meningkatkan keberadaan entitasnya masing-masing.[:]
[:en]Oline Co. a brand that focuses on ecoprint product in various forms, both home textiles and fashion. This product is an environmentally friendly product because it uses coloring from natural ingredients. The spirit of the presence of Online Co. is a business with a concept social enterprise where in the work process involves women in villages as craftsmen. The brand name Oline Co is an abbreviation of Caroline; founder of this business. Caroline means strong woman, which means this business is run by the strength of women, both founders, management workers and craftsmen. [:] [:id]Oline Co. sebuah brand yang fokus pada produk jenis ecoprint dalam berbagai bentuk, baik home textile dan fashion. Produk ini adalah produk yang ramah lingkungan karena menggunakan pewarnaan dari bahan-bahan alam. Spirit dari hadirnya Online Co. adalah sebuah usaha dengan konsep social entreprise di mana dalam proses kerjanya melibatkan para wanita di pedesaan sebagai pengrajin. Nama brand Oline Co merupakan abreviasi dari Caroline; pendiri usaha ini. Caroline bermakna wanita yang kuat yang artinya usaha ini dijalankan oleh kekuatan para wanita, baik pendiri, pekerja manajemen, dan pengrajinnya. [:]
[:en]Brand Malobab berdiri sejak November 2022. Nama brand Malobab sendiri adalah gabungan nama dari pemiliknya, yaitu Mala dan akhir suku kata sebuah pohon, yaitu Baobab. Pohon ini mempunyai bentuk yang unik dan memiliki banyak manfaat bagi makhluk hidup di sekitarnya. Saat ini, Malobab menghadirkan berbagai bentuk varian tas dengan 2 bahan dasar, yaitu bahan benang kaos yang dibuat dengan teknik rajut dan cotton rope yang dibuat dengan teknik anyam tangan (makrame).[:] [:id]Brand Malobab berdiri sejak November 2022. Nama brand Malobab sendiri adalah gabungan nama dari pemiliknya, yaitu Mala dan akhir suku kata sebuah pohon, yaitu Baobab. Pohon ini mempunyai bentuk yang unik dan memiliki banyak manfaat bagi makhluk hidup di sekitarnya. Saat ini, Malobab menghadirkan berbagai bentuk varian tas dengan 2 bahan dasar, yaitu bahan benang kaos yang dibuat dengan teknik rajut dan cotton rope yang dibuat dengan teknik anyam tangan (makrame).[:]
Back to top